TAPIN, 12 Oktober 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Rantau Kiwa 2, Kecamatan Tapin Utara, tidak hanya berdampak positif pada kesehatan siswa, tetapi juga menghadirkan inovasi dalam pengelolaan sisa makanan.
Alih-alih membuang sisa menu yang tidak termakan, pihak sekolah justru memanfaatkannya sebagai pakan ternak ayam dan bebek milik guru di lingkungan sekolah.
“Daripada terbuang percuma, kami kumpulkan dan jadikan pakan ternak. Jadi tidak ada yang mubazir,” ujar Kepala Sekolah SDN Rantau Kiwa 2, Nurul Huda, Sabtu (11/10/2025).
Selain efisien, langkah ini juga menjadi bentuk kepedulian sekolah terhadap pengelolaan limbah makanan serta penerapan prinsip zero waste di lingkungan pendidikan.
Dalam pelaksanaan program MBG, pihak sekolah memastikan setiap makanan yang disajikan aman dan bergizi. Sebelum dibagikan ke sekitar 220 siswa, Nurul bersama guru lain selalu mencicipi sampel makanan yang dikirim penyedia.
“Kami cek aroma, rasa, dan kesegarannya. Kalau ada tanda-tanda basi, langsung kami tahan dan tidak dibagikan,” tegas Nurul.
Langkah itu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan, mengingat belakangan ini marak kasus keracunan makanan sekolah di beberapa daerah, termasuk di Kalimantan Selatan.
Sejauh ini, pelaksanaan program MBG di SDN Rantau Kiwa 2 berjalan lancar tanpa keluhan kesehatan dari siswa. Menu yang disajikan juga bervariasi, seperti ayam goreng tepung, bakso, mie ayam, burger, hingga spageti, yang menjadi favorit para peserta didik.
“Anak-anak paling senang kalau menunya ayam goreng tepung atau spageti. Kadang sampai minta tambah,” ungkap Nurul sambil tersenyum.
Sementara itu, di daerah lain, kasus keracunan massal masih menjadi perhatian. Di Martapura, Kabupaten Banjar, sekitar 130 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Dari hasil uji laboratorium sementara, ditemukan adanya kandungan nitrat pada nasi kuning dan sayur. Namun penyebab pastinya masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dari Laboratorium Forensik Surabaya.
Plt Kepala Dinkes Banjar, dr. H. Noripansyah, menyampaikan bahwa hasil sementara ini menjadi indikasi awal adanya unsur berbahaya pada makanan.
Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) juga telah menurunkan tim investigasi independen untuk menelusuri dugaan tersebut. Ketua tim, Karimah Muhammad, menegaskan penyelidikan akan dilakukan secara ilmiah dan berbasis bukti, termasuk meneliti kelengkapan Surat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) milik penyedia makanan.
“Kami tidak boleh berasumsi. Semua harus berbasis bukti laboratorium,” ujar Karimah.
Pemerintah menegaskan, program MBG tetap berjalan, namun dengan pengawasan ketat agar setiap menu yang disajikan benar-benar aman dikonsumsi oleh siswa.