Jakarta, 11 September 2025 – Nilai tukar rupiah bergerak positif pada perdagangan Kamis (11/9). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,05% ke Rp16.461,50 per dolar AS, melanjutkan tren apresiasi setelah sehari sebelumnya juga menguat 0,07%.
Penguatan rupiah terjadi di tengah pergerakan indeks dolar AS yang ikut naik 0,14% ke level 97,91.
Sentimen Global
Dari sisi eksternal, rupiah terbantu pelemahan dolar AS usai rilis data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang turun tak terduga pada Agustus. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada akhir bulan ini.
Mengacu pada CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin mencapai 90%, sementara kemungkinan penurunan lebih agresif sebesar 50 basis poin berada di level 10%.
Selain itu, data ketenagakerjaan AS juga menunjukkan pelemahan dengan penciptaan lapangan kerja 911.000 lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, menambah sinyal perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
Situasi geopolitik pun menambah volatilitas, setelah Israel menyerang pimpinan Hamas di Doha yang memicu ketegangan diplomatik di kawasan Timur Tengah.
Faktor Domestik
Dari dalam negeri, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya menjaga rasio utang terhadap PDB di sekitar 39%. Fokus pemerintah bukan pada kenaikan atau penurunan rasio, melainkan mendorong pertumbuhan ekonomi agar rasio utang semakin terkendali seiring membesarnya PDB.
Analis forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.420–Rp16.470 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.
Pergerakan Intraday Rupiah
- 09.00 WIB: Rupiah dibuka terapresiasi 0,09% ke Rp16.454 per dolar AS
- 12.10 WIB: Rupiah sempat melemah tipis ke Rp16.470 per dolar AS
- 15.10 WIB: Rupiah ditutup menguat ke Rp16.461,50 per dolar AS
Sementara itu, mata uang Asia bergerak bervariasi. Dolar Hong Kong ikut menguat 0,03%, sedangkan yen Jepang melemah 0,24% dan won Korea Selatan turun 0,31% terhadap dolar AS.