Circadian Rhythm Exercise, waktu terbaik olahraga, dan pandangan medis di bulan Ramadan
Bulan Ramadan adalah momen yang penuh berkah, tetapi bagi banyak orang yang rutin berolahraga, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Tanpa asupan makanan dan minuman selama lebih dari 12 jam, tubuh harus beradaptasi dengan perubahan metabolisme.
Salah satu kunci agar tetap bugar saat puasa adalah memahami Circadian Rhythm Exercise, yaitu latihan yang disesuaikan dengan ritme sirkadian tubuh. Dengan mengetahui waktu terbaik untuk berolahraga, kita bisa tetap aktif tanpa menguras energi secara berlebihan.
Circadian Rhythm dan Dampaknya pada Olahraga
Circadian Rhythm atau ritme sirkadian adalah siklus biologis 24 jam yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk produksi hormon, suhu tubuh, dan metabolisme energi.
Menurut penelitian, waktu olahraga yang optimal bergantung pada bagaimana tubuh merespons perubahan ini.
Pada pagi hari, kadar kortisol—hormon stres yang juga berperan dalam metabolisme energi—sedang tinggi, tetapi simpanan glikogen tubuh masih terbatas karena tidak ada asupan makanan sejak sahur. Sebaliknya, sore hingga malam hari, suhu tubuh meningkat, otot lebih fleksibel, dan respons tubuh terhadap latihan fisik lebih optimal.
Dr. Michael Breus, pakar ritme sirkadian, menyebutkan bahwa latihan yang dilakukan pada waktu yang selaras dengan ritme tubuh akan lebih efektif dan minim risiko cedera. Hal ini penting bagi mereka yang ingin tetap aktif tanpa merasa lemas atau mengalami dehidrasi saat puasa.
Waktu Terbaik untuk Berolahraga Saat Puasa
Berdasarkan ritme sirkadian dan kondisi metabolisme tubuh saat berpuasa, ada tiga waktu yang direkomendasikan untuk berolahraga:
Sebelum Berbuka Puasa (Sore Hari, sekitar 1 jam sebelum Magrib)
Waktu ini ideal untuk latihan ringan hingga sedang seperti jogging, bersepeda, atau yoga.Tubuh sudah berada di fase pembakaran lemak optimal karena rendahnya kadar glikogen.Setelah selesai berolahraga, tubuh bisa segera mendapatkan asupan makanan dan cairan saat berbuka untuk pemulihan yang lebih cepat.
Setelah Berbuka Puasa (Malam Hari, sekitar 1-2 jam setelah makan)
Cocok untuk latihan dengan intensitas lebih tinggi seperti angkat beban atau HIIT (High-Intensity Interval Training).Tubuh telah mendapatkan asupan energi dari makanan berbuka, sehingga performa fisik lebih baik.Pastikan tidak langsung berolahraga setelah makan besar agar pencernaan tidak terganggu.
Setelah Sahur (Pagi Hari, sebelum Subuh atau setelahnya)
Opsi ini cocok untuk latihan ringan seperti stretching, jalan kaki, atau latihan mobilitas.Memberikan efek positif untuk menjaga energi sepanjang hari.Hindari latihan berat karena tubuh akan menghadapi waktu puasa yang panjang setelahnya.
Hadis dan Pandangan Medis tentang Olahraga saat Puasa
Islam tidak melarang olahraga saat puasa, selama dilakukan dengan bijak. Rasulullah SAW sendiri adalah sosok yang aktif dan menganjurkan umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Tetapi dalam keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim)
Dari segi medis, dr. Zaidul Akbar, seorang dokter yang dikenal dengan pendekatan kesehatan islami, menekankan pentingnya memilih jenis olahraga yang tidak membebani tubuh saat puasa.
Menurutnya, latihan ringan seperti berjalan kaki dan peregangan adalah pilihan terbaik di siang hari, sedangkan olahraga berat sebaiknya dilakukan setelah berbuka.
Menjaga kebugaran selama Ramadan bukanlah hal yang mustahil jika kita memahami bagaimana tubuh bekerja. Dengan mengikuti Circadian Rhythm Exercise, kita bisa tetap aktif tanpa menguras energi secara berlebihan.
Pilihan waktu terbaik untuk berolahraga tergantung pada tujuan dan kondisi tubuh masing-masing. Yang terpenting, dengarkan tubuh, tetap hidrasi dengan baik setelah berbuka, dan jangan lupa istirahat yang cukup agar ibadah dan kesehatan tetap terjaga selama bulan suci ini.